TRADISI PERANG TOPAT
Perang Topat yaitu saling melempar dengan ketupat antara peserta yang ada di halaman Kemaliq yaitu tempat yang sangat disucikan atau dikeramatkan oleh sebagian Suku Sasak, dengan diluar Kemaliq maupun Pura Gaduh yaitu sebuah bangunan pura yang terdapat di Pura Lingsar.
Dalam pelaksanaan Upacara Pujawali dan Perang Topat ini terdapat berbagai persiapan yang dilakukan, yang juga masuk sebagian dari upacara ini secara ritual, persiapan upcara ini sudah dimulai beberapa hari sebelumnya. Sedangkan untuk memeriahkan dan menyemarakan upacara ini beberapa hari sebelum dan sesudahnya diadakan berbagai macam hiburan dan kesenian untuk rakyat.Sebelum Perang Topat dimulai Kebon Odek dikeluarkan dari Kemaliq yang terdapat di Pura Lingsar Kecamatan Narmada yang bertujuan untuk menjemput Pesajik (sesajen) kemudian dikelilingi sebanyak 3 kali di Kemaliq lalu di upacarakan. Sesudah upacara Pujawali, dilakukan acara Perang Topat.
Bahan (ketupat) perang dibuat oleh masyarakat subak, baik diperintah maupun tidak oleh para pekasih, mereka membawa ketupat ke Kemaliq bila acara Pujawali tiba, dan dikumpulkan oleh Pekasih. Ketupat untuk perang sebelumnya ditempatkan di Kemaliq untuk turut serta di upacarakan / disucikan. Ketupat (kecil) dibuat dari janur muda serta diisi beras dan dimasak.
Perang Topat mempunyai makna :
” Permohonan kemakmuran agar mendapatkan rezeki yang berlimpah bagaikan hujan ketupat tersebut. ” Diyakini sebagai anugrah sesari yang dianggap mengandung (air kehidupan) diperebutkan oleh masyarakat yang percaya, kemudian ditaburkan diatas tanah pertanian maupun di tempat yang di jadikan sumber penghasilan.
Perang Topat dimulai pada sore hari yang istilah bahasa Sasaknya Waktu Rorok Kembang Waru (gugurnya kembang pohon waru) sekitar jam 16:00 WITA dan berakhir menjelang malam tiba.
Pada malam harinya dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian drama gong dan berbagai jenis kesenian selama tiga hari yang diselenggarakan oleh Kerama Pura hingga berakhirnya rentetan kegiatan acara Perang Topat.
Sumber: http://apm-praya.blogspot.com/2013/04/ragam-budaya-lombok.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar