Pages

Jumat, 31 Mei 2013


Pakualaman Yogya



COPY right @pakualamanyogya
Kasultanan Jogja dan Kasunanan Solo
Pada masa pemerintahan Paku Buwono II (1727-1749), Mataram berhasil dikuasai VOC (Belanda) Dengan Perjanjian Ponorogo pada tahun 1743, Belanda berhak atas daerah-daerah pelayaran dan perdagangan yang semula dikuasai Mataram. Kecuali itu, sistem pemerintahan Mataram (pengangkatan dan pemberhentian pepatih dalem dan para bupati) dikendalikan oleh Belanda. Sejak 11 Desember 1749, Mataram tidak lagi berdaulat secara de jure dan de factokarena PB II menyerahkan kedaulatannya kepada Belanda.
Namun, meruntuhkan Mataram tidak semudah membalikkan tangan. Seorang pangeran bernama Mangkubumi tidak terima dengan penyerahan kedaulatan dan sikap lemah PB II itu. Pada tanggal 19 Mei 1746, Pangeran Mangkubumi  meninggalkan istana bersama 3 pangeran lainnya (P. Wijil, P. Krapyak, dan P. Hadiwijoyo). Mereka bergabung dengan Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) untuk berperang melawan Belanda dan memberontak. Pangeran Mangkubumi dan kelompoknya berhasil merebut kembali Mataram dari kekuasaan Belanda. Pada tahun 1750, mereka mengepung ibukota Mataram dari 4 penjuru. Sampai pada tahun 1752, sebagian besar wilayah Mataram berhasil mereka kuasai.
Keberhasilan perjuangan Pangeran Mangkubumi itu menghasilkan sebuah perjanjian politik yang membuka lembaran baru sejarah Mataram. Pada tanggal 23 September 1754, Belanda bernegoisasi dengan P. Mangkubumi dan berjanji untuk memberi setengah dari kerajaan Mataram. Akhirnya, dibuatlah Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) yang merupakan kesepakatan bersama antara P. Magkubumi, Paku Buwono III (pengganti Paku Buwono II) dan Pemerintah Belanda (Gubernur Hartingh). Perjanjian Giyanti berisi ketetapan bahwa kerajaan Mataram dibagi menjadi dua. Setengahnya, yaitu Kasultanan Yogyakarta diberikan kepada P. Mangkubumi. Setengahnya lagi, yaitu Kasunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III. Dengan demikian Perjanjian Giyanti merupakan titik awal berdirinya kerajaan Kasultanan Yogyakarta (Ngayogyokarto Hadiningrat) dan Kasunanan Surakarta. P. Mangkubumi pun naik tahta menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Pakualaman Jogja dan Mangkunegaran Solo
Dinamika politik dan perjuangan melawan penjajah memunculkan kerajaan baru bernama Mangkunegaran. Pada tanggal 17 Maret 1757, ditandatanganilah perjanjian damai (Perjanjian Salatiga) antara Mas Said, Sri Sultan Hamengku Buwono I, dan Belanda. Berdasarkan perjanjian itu, Mas Said mendapatkan sebagian daerah Surakarta serta berhak menguasainya dengan gelar Pangeran Adipati Ario Mangkunegoro. Dengan demikian, di Solo terdapat dua kerajaan, yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran.
Sementara itu, ketika Inggris mengambil alih kekuasaan penjajah Belanda, lahirlah sebuah kerajaan baru di Jogjakarta, yaitu Kadipaten Pakualaman. Saat itu, Gubernur Jenderal Raffles menilai bahwa Sri Sultan HB II dan Sunan Solo tidak mentaati Perjanjian Tuntang. Karena itu, Sultan HB II dipaksa oleh Raffles untuk turun tahta. Kemudian, Raffles mengangkat Sri Sultan HB III dengan mengurangi daerah kekuasaan Kasultanan Jogjakarta. Sebagian dari wilayah kekuasaan Kasultanan diberikan kepada Pangeran Notokusumo yang adalah saudara dari Sri Sultan HB III. Daerah otonom ini – sebagian di dalam kota dan sebagian di daerah selatan Jogja (Adikarto) – menjadi sebuah Kadipaten baru yang dikuasai dan dipimpin oleh Pangeran Notokusumo tersebut. Pada tanggal 17 Maret 1813, Pangeran Notokusumo mengukuhkan tahtanya dan bergelar Pangeran Adipati Paku Alam I.
Meskipun bagi penjajah merupakan bagian dari politik devide et impera, munculnya Kadipaten Pakualaman bagi kerabat keraton Jogjakarta tidak dipandang sebagai sebuah perpecahan. Komitmen untuk tetap memegang visi kesatuan itu terbukti kelak di kemudian hari. Pada masa pemerintahan Paku Alam VIII, khususnya pada jaman pendudukan Jepang, terjadi reunifikasi antara Pakualaman dan Kasultanan. Hal itulah yang mengantarkan Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII tampil menjadi dwi tunggal pemimpin yang berdampak secara regional dan nasional.

Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sri Sultan Hamengku Buwono X  (lahir di Yogyakarta 2 April 1946 ) adalah raja saat ini Kasultanan Yogyakarta bersejarah di Indonesia, dan saat ini juga gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1998 sampai sekarang.
Selama kolonialisme Belanda sebelum 1941, posisi pemerintah Gubernur diduduki oleh Residen Belanda yang ditunjuk Yogyakarta, dengan Sultan mempertahankan fasad dengan kekuatan hanya bersifat seremonial saja.
Karena status khusus yang diberikan kepada Yogyakarta Region ketika Republik Indonesia terbentuk pada tahun 1945, sebagai pengakuan atas dukungan heroiknya akhir Hamengkubuwono IX dan peran dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Salah satu dari dua pohon beringin simbolis penting, yaitu Kiai Dewandaru ditanam selama pemerintahan SS HB di Alun-Alun Utara (Utara Parade Square) kebetulan bersamaan dengan upacara pemakaman almarhum ayahnya SS HB IX, disebabkan oleh kejawen Jawa sebagai tanda kesedihan yang sangat besar bahkan tanah fisik kerajaan. beringin itu ditanam kembali dengan persetujuan SS HB X meskipun kecil di samping Kiai Wijayadaru berusia berabad-abad di sisi timur.
Di bawah rezim Suharto, wakil gubernur Sri Paku Alam VIII, pangeran dari wilayah kantong bawahan Paku Alaman dalam Yogyakarta bukan (kontroversial) diangkat ke posisi gubernur.
Pada tahun 1998 pemerintah pusat diperlukan suatu pemilu diadakan untuk jabatan Gubernur DIY dan 3 Oktober 1998 SS HB X terpilih secara demokratis.

Waisak 2557

Tanggal 23 Mei ratusan Bhiksu/Bhikkhu melakukan perjalanan dengan membawa mangkok dana, disebut pindapata atau memberi kesempatan umat untuk berdana kepada Bhiksu/bhikkhu di sepanjang pecinan jalan pemuda-Magelang.

Tanggal 24 Mei pengambilan air di Umbul Jumprit dan pengambilan api di Merapen dengan dua lokasi berbeda, letaknya sangat berjauhan. Setelah itu dibawa ke candi Mendut untuk kembali di sakralkan.

Tanggal 25 Mei umat bersama para Bhikkhu/bhiksu berkumpul di pelataran candi Mendut untuk menunggu detik detik waisak pukul 11.24.39, siangnya dilanjutkan prosesi berjalan kaki dari candi mendut ke candi borobudur.

Malam hari doa ritual sebagai acara puncak, di pelataran candi borobudur, setelah itu seluruh umat dipimpin para bhikkhu berkeliling memanjatkan doa doa dengan membawa lilin kecil dan meletakan di mandala borobudur. Penutupan pelepasan lampion, sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada yang maha luhur.

“ Waisak mempunyai nilai arti yang sangat kuat sekali bagi umat Buddha bahwasanya solidaritas umat Buddha Indonesia sangat kompak berdoa untuk keselamatan bangsa, negara dan masyarakat, walau ibu Ketua Umum Walubi kena musibah, terbukti dari kondisi yang sangat prihatin ini tetap melaksanakan baksos baik di Taman Makam Pahlawan Nasional maupun baksos pengobatan gratis bagi warga masyarakat sekitar Borobudur, Jawa tengah,” ujarnya

Rabu, 29 Mei 2013

SURGA dari Lombok Timur Bagian Selatan

Pantai Kaliantan
Pantai Kaliantan merupakan slah satu kawasan wisata dibagian selatan Kab. Lombok Timur tepatnya di wilayah Kecamatan Jerowaru. Pantai Kaliantan dapat ditempuh melalui route perjalanan dari Kota Mataram kearah Timur menuju Kabupaten Lombok Timur dengan waktu tempuh 1(satu) jam dilanjutkan ke arah Selatan melalui Kecamatan Sikur – Sakra – Keruak – Jerowaru – Pemongkong – Kaliantan dengan tambahan waktu tempuh kurang lebih 90 menit.
Waktu tempuh untuk mencapai pantai Kaliantan dari pusat Kecamatan Jerowaru sekitar 30 menit dengan jarak tempuh ± 23 km, dan dari Bandara 2,5 jam dengan jarak tempuh ± 92 km. Selain daya tarik panorama alam pantai Kaliantan maka salah satu Atraksi Wisata yang dimiliki Pantai Kaliantan adalah adanya kegiatan seremonial budaya berupa upacara Bau Nyale. Bau Nyale merupakan pesta rakyat untuk menangkap hewan laut berupa/sejenis cacing laut.Acara ini berlangsung antara bulan Februari – Maret dimana hampir sebagian penduduk pulau Lombok datang ke pantai ini untuk mengikuti berbagi rangkaian acara yang diselenggarakan oleh sebagian sebagian masyarakat Lombok, Nyale atau hewan laut sejenis cacing ini menurut kepercayaan sebagian masyarakat sekitar memiliki khasiat dan dapat membawa berkah, misalnya akan dapat mengusir berbagai macam penyakit/hama tanaman yang ada di ladang, sehingga dipercaya dapat meningkatkan hasil pertanian. Acara Bau Nyale merupakan daya tarik yang dapat dijadikan satu paket wisata andalan bagi kawasan wisata ini. Daya tarik wisata lain dari Pantai Kaliantan ini adalah kondisi fisik kawasan pantai yang memiliki ciri khas antara lain : Jenis matrial pasir yang butiran dan teksture warnanya menyerupai merica, serta terumbu karang yang masih menampakkan kelestariaanya sehingga menjadi obyek bagi kegiatan Snorkling dan gelombang laut yang cukup memadai untuk kegiatan Surfing.
Selain itu Tanjung Bloam merupakan daerah konservasi penyu yang berhabitat disekitar tebing-tebing dan sepanjang garis pantai yang membentang dari ujung selatan dan Utara. Lokasi Tanjung Bloam ini dapat dijangkau menggunakan kendaraan roda empat sampai ke lokasi tujuan. Tanjung Bloam dapat ditempuh melalui route yang sama dengan Pantai Kaliantan, karena jaraknya relatif dekat dari Pantai Kaliantan.

Tanjung Ringgit
Tanjung Ringgit, Tanjung Perak dan Tanjung Cina merupakan kawasan pantai yang terletak paling ujung Selatan wilayah Kab. Lombok Timur, tepatnya berada dalam wilayah Kec. Jerowaru dan Desa Pemongkong.
Tanjung Ringgit, Tanjung Perak dan Tanjung Cina merupakan kawasan pantai berdataran tinggi / bukit dengan topografi berupa tebing-tebing curam. Kawasan ini dapat dicapai dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari pusat desa atau kurang lebih 2,5 jam dari Bandara sekitar dan berjarak lebih kurang ±90 km. Tanjung Ringgit, Tanjung Perak dan Tanjung Cina menyuguhkan pemandangan pantai dengan nuansa lain, karena dari lokasi ini dapat dilihat panorama Samudera Indonesia atau dikenal dengan Samudra Hindia.Dari ketinggian topografi bukit karang yang dimiliki .Tebing-tebing ini merupakan pemandangan alam yang menarik untuk dinikmati, disamping karena strukturnya yang eksotik sebagai hasil bentukan alam, tetapi juga tektur batuannya penyusunnya memiliki gradasi warna yang menarik. Selain panorama alamnya , kawasan Tanjung Ringgit, Tanjung Perak dan Tanjung Cina ini memiliki obyek lain yang dapat dijadikan tujuan wisata.
Disekitar Tanjung Ringgit terdapat rangkaian Goa-goa peninggalan jaman Jepang, sebagai jejak pendaratan Jepang Dalam Perang Dunia II sekitar tahun 1942. Pada waktu itu Jepang mendarat di Wilayah Pemongkong Tanjung Ringgit dan menguasai daerah sekitarnya, untuk menghadapi serangan sekutu,tentara jepang membangun jalur bawah tanah dan goa-goa disekitar wilayah tersebut sebagai pertahanan, yang sampai saat ini jalur bawah tanah dan goa tersebut masih ada, dan dikenal dengan nama Goa Jepang/Tangsi.
Selain goa Jepang ada juga peninggalan bersejarah lainya yaitu Meriam Jepang, meriam ini juga merupakan jejak Perang Dunia II yang diletakkan menghadap ke samudera Hindia yang ditujukan untuk menyerang tentara-tentara sekutu yang akan masuk ke daerah tersebut. Meriam Jepang ini memiliki panjang 5 meter, dengan diameter luar 27cm, diameter dalam 16cm dan keliling belakang 50 cm

Gili Sunut
Gili Sunut terletak di Dusun Temeak Desa Pemongkong Kec. Jerowaru Kab. Lombok Timur. Gili Sunut merupakan Kawasan yang memiliki garis sejajar dengan Kawasan Tanjung Ringgit. Kondisi fisik kawasan pantai ini cenderung landai, berpasir putih dengan tekstur butiran seperti merica dengan karakter air yang tidak berombak dan relatif tenang, karena terdapat pulau-pulau/gili-gili kecil sebagai penghalang ombak samudra Indonesia/Hindia.
Kondisi inilah yang sangat mendukung untuk pengembangan atraksi wisata berupa rafting, banana split atau kegiatan wisata pantai, menyelam, maupun sekedar menikmati panorama pemandangan alam. Ditengah pantai terdapat tiga pulau yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Gili Petelu.Saat ini Gili Sunut dihuni oleh 109 kepala keluarga dengan mata pencaharian utama adalah sebagai nelayan. Kondisi umum Gili Sunut dalam mendukung kegiatan wisata cukup potensial terutama untuk pengembangan wisata dan pengembangan usaha budidaya mutiara 
 
Ekas Lombok
Kawasan Ekas merupakan salah satu Kawasan Pantai dengan kondisi pantai berupa Teluk. Kondisi pantai kawasan ini merupakan pantai yang berpasir putih terhampar luas dengan ombak kecil. Kawasan ini juga merupakan kawasan yang sebagian lokasinya merupakan kawasan hunian nelayan (Kampung Nelayan).Potensi yang dapat dikembangkan adalah kegiatan wisata alam/pantai dengan aktifitas wisata seperti penyelaman dangkal (Diving) dan menikmati panorama pantai dengan seluruh aktivitas yang ada. Fasilitas pendukung yang dapat dikembangkan dikawasan ini terutama adalah akomodasi wisata serta fasilitas dan utilitas pendukung lainnya seperti prasarana jalan, perdagangan dan komunikasi. Faktor-faktor pendukung yang menjadikan kawasan ini memiliki nilai tambah adalah dengan dimilikinya keaneka ragaman ekosistem pantai, dan topografinya yang landai memberikan kesan lapang dan panorama yang indah untuk menikmati saat matahari terbit (Sun Rise) dan matahari terbenam (Sun Set).
Kawasan Wisata pantai Teluk Ekas terletak pada ujung selatan Lombok Timur terletak di Desa Pemongkong Kec. Jerowaru Kab. Lombok Timur. Jarak tempuh kurang lebih selama 15 menit dari pusat Kota Kecamatan ke arah selatan dan kira-kira dari bandara Selaparang berjarak tempuh 2 jam dengan jarak tempuh ± 80 km. Teluk Ekas merupakan kawasan yang berada dalam satu jalur dengan wisata pantai Surga, Pantai Kaliantan, dan Pantai Cemara.

Pantai Surga
Pantai Surga berada di wilayah Lombok Timur bagian selatan tepatnya Jerowaru, sekitar 50km dari kota Selong. Pantai ini terkenal memiliki pemandangan alam yang indah dan pantainya yang bersih dan berpasir putih, maka tidak heran pantai ini dinamakan pantai surga. Bagi yang menyukai olahraga Surfing pantai ini adalah salah satu pilihannya. Selain pantai surga masih ada sejumlah pantai di Wilayah selatan yang sangat indah, seperti pantai heaven on planet, pantai kaliantan, cemara, Teluk Ekas dengan daya tarik budidaya perikanan lautnya, disebut sebagai kawasan Gili indah


Sumber: http://wisatanusatenggara.wordpress.com/edisi-khusus-wisata-nusa-tenggara/wisata-lombok-timur/

Pesona Rinjani dari Desa Wisata Sembalun

Desa wisata Sembalun berada di ketinggian 1156 meter dpl dan merupakan wilayah paling dekat dengan gunung Rinjani yang oleh masyarakat Lombok dianggap sebagai pusat kekuatan kosmos. Jaraknya dari Mataram sekitar 110 km. Seperti halnya daerah yang dekat dengan pegunungan, Sembalun mempunyai panorama yang cantik plus tanah yang subur. Tak heran jika Sembalun merupakan daerah penghasil rempah terbesar di Nusa Tenggara Barat serta pemasok buah-buahan untuk seluruh Lombok.
Banyak aktivitas wisata yang bisa Anda lakukan jika berlibur ke Sembalun. Anda bisa ikut melakukan kegiatan bertani. Di tempat ini banyak terhampar ladang kentang, bawang, arcis, tomat dan syur-sayuran lainnya. Saat masa panen, kita bisa ikut memetik aneka hasil bumi tersebut bersama para petani. Atau bisa juga sekedar melihat panen raya yang biasanya terjadi pada bulan Juli sampai September.

Puas memamen buah dan sayur, kita bisa soft trekking melintasi bukit Sembalun dan melihat keindahan desa ini dari ketinggian. Salah satu spot soft trekking yang disukai wisatawan adalah desa Belek. Di desa ini kita bisa melihat rumah tradisional masyarakat suku Sasak atau yang biasa disebut dengan Bale Belek. Menurut cerita sejarah, konon Desa Belek adalah desa pertama Sembalun dan menjadi awal mula kawasan ini. Dari desa Belek, kita bisa menuju ke bukit anak dara yang berada persis di belakang desa ini. Di titik ini kita bisa melihat pemandangan alam yang jauh lebih lengkap dan indah. Ada areal persawahan, pedesaan dan Gunung Rinjani yang menjulang indah.
Untuk mempermudah wisata ke desa Sembalun dan mendapatkan spot-spot yang mengasyikkan sebaiknya Anda ditemani seorang guide yang akan mengarahkan perjalanan wisata kita. Di desa ini kita bisa mendatangi CDC (Community Development Center). Organisasi ini beranggotakan warga Desa Sembalun yang sudah mengerti dan hafal benar desa mereka. Kita bisa memilih guide yang akan mengantarkan kita dengan tarif berkisar antara Rp. 50 ribu hingga Rp. 75 ribu per hari.

Oya, Sembalun tidak hanya menawarkan wisata alam, namun juga sentra kerajinan. Di desa ini terdapat kerajinan tenun yang dikerjakan oleh masyarakat dengan menggunakan alat tenun tradisional dengan motif – motif lama. Kita bisa melihat bagaimana warga ini membuat kain tenun yang rumit namun mampu menghasilkan kain indah. Kita bisa membeli langsung dari para perajinnya dengan harga yang bervariasi tergantung motif, ukuran dan jenisnya. Harga tenun disini biasanya berkisar dari Rp. 150 ribu hingga Rp. 400 ribu rupiah.
Untuk menuju Sembalun ada dua pilihan rute. Pertama disebut rute timur yakni melewati Masbagik – Aikmel – Suela – Lemor – Pesugulan – dan Pusuk Sembalun. Sedangkan rute utara melewati Gunung Sari – Pusuk Pass – Pamenang – Tanjung – Bayan – Sajang. Jika ke Sembalun dengan menggunakan angkutan kota membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam namun jika memakai kendaraan pribadi kita bisa menghemat waktu 1,5 jam. Dari Terminal Bertais, Anda harus naik bus jurusan Aikmel. Dari Aikmel kita bisa mendapatkan angkutan langsung ke Sembalun, namun jika tidak Anda harus naik ojek ke Sembalun. Atau jika menggunakan taxi Anda harus membayar sekitar Rp. 450 ribu.
Karena merupakan desa wisata, jarang wisatawan yang hanya datang sebentar lalu pergi lagi. Mereka biasanya menginap dalam waktu yang cukup lama untuk menikmati pesona keindahan Desa Sembalun. Ada beberapa penginapan dan homestay yang bisa Anda singgahi selama di Sembalun seperti Maria Guest House, Ulan Homestay and Tourist Information dan Lembah Rinjani. Atau jika ingin tetap menginap di Mataram, Anda bisa memilih beberapa hotel seperti Grand Legi Hotel, Griya Asri Hotel dan Bidari Hotel.

Untuk lebih memudahkan kita juga bisa mengikuti paket wisata desa Sembalun selama 1 hari meliputi rumah adat Desa Belek, bukit anak dara, sawah strawberry dan sentra tenun dengan biaya Rp. 250 ribu sudah termasuk transport, makanan ringan, dan guide. Menyenangkan bukan? 

Sumber: http://lombok.panduanwisata.com/wisata-alam/pesona-rinjani-dari-desa-wisata-sembalun/

TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 m dpl serta terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT ini merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur. 

Secara administratif gunung ini berada dibawah tiga kabupaten yaitu: Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat. Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m x 4.800 m, memanjang kearah timur dan barat. Di kaldera ini terdapat danau Segara Anakan seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam. Danau Segara Anak ini banyak terdapat ikan mas dan mujair, sehingga sering digunakan untuk memancing. Dengan warna airnya yang membiru, danau ini bagaikan anak lautan, karena itulah disebut "Segara Anak". Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut, dan disebelah timurnya terdapat gunung Baru yang oleh bahasa setempat disebut dengan Gunung Baru Jari. yang memiliki kawah seluas 170 x 200 m dengan ketinggian 2.296 - 2376 m dpl. Pada tahun 1994 gunung Baru Jari ini meletus dan memuntahkan isi perutnya di sekitar danau Segara Anakan.

Geografi
Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 m dpl, mendomonasi sebagian besar luas pulau Lombok. Terletak disebelah timur pulau Bali, dapat ditempuh dengan bus langsung Jakarta-Mataram dengan menyeberang menggunakan feri dua kali (selat bali dan selat lombok). Dapat juga ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang dari Jakarta, Surabaya dan Bali.
 
Pendakian
Rinjani memiliki panaroma yang bisa dibilang paling bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari Penduduk lokal, mahasiswa, pecinta alam. Suhu udara rata-rata sekitar 20°C; terendah 12°C. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus. Beruntung akhir Juli ini, angin masih cukup lemah dan cuaca cukup cerah, sehingga summit attack bisa dilakukan kapan saja.

Selain puncak, tempat yang sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau kawah di ketinggian 2.000 mdpl. Untuk mencapai lokasi ini kita bisa mendaki dari desa Senaru atau desa Sembalun Lawang (dua entry point terdekat di ketinggian 500 mdpl dan 1.200 mdpl). Kebanyakan pendaki menyukai start entry dari arah Sembalun, karena bisa menghemat 700m ketinggian. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena melalui padang savana yang terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar kulit). Sunblok krem sangat dianjurkan.


Sedangkan dari arah Senaru tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut krn melalui hutan. Dari kedua lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 9 jam menuju bibir punggungan di ketinggian 2.700 mdpl (tiba di Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun). Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun ke arah luar sangat bagus. Dari Plawangan Senaru (jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding curam ke ketinggian 2.000 mdpl) yang bisa ditempuh dalam 2 jam. Di danau kita bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yang banyak sekali. Penduduk Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan utk berendam di kolam air panas dan mancing.

Untuk mencapai puncak (dari arah Danau) harus berjalan kaki mendaki dinding sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi 1.000m yang ditempuh dlm 2 tahap 3 jam dan 4 jam. Tahap pertama menuju Plawangan Sembalun, camp terakhir untuk menunggu pagi hari. Summit attack biasa dilakukan pada jam 3 dinihari untuk mencari momen indah - matahari terbit di puncak Rinjani. Perjalanan menuju Puncak tergolong lumayan; karena meniti di bibir kawah dengan margin safety yang pas-pasan. Medan pasir, batu, tanah. 200 meter ketinggian terakhir harus ditempuh dengan susah payah, karena satu langkah maju diikuti setengah langkah turun (terperosok batuan kerikil). Buat highlander - ini tempat yang paling menantang dan disukai karena beratnya medan terbayar dgn pemandangan alamnya yang indah. Gunung Agung di Bali, Gunung Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat cuaca bagus di pagi hari. Untuk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu, cukup stamina, kesabaran dan "passion".


Sumber: rinjanionline.com 
TRADISI BAU NYALE

Tradisi yang sering dilakukkan oleh masyarakat pulau Lombok, disini sering disebut dengan tradisi Bau Nyale. Nyale tersebut di maksudkan hewan kecil, yang nantinya ditangkap oleh masyarakat dan dapat dikonsumsi. Konon katanya Tradisi ini diambil dari suatu dongeng atau legenda masa lalu.
Bau Nyale adalah sebuah pesta Rakyat yang secara rutin dilakukan setiap tahun Upacara ini dilakukan atas dasar sebuah cerita legenda/ cerita rakyat yang berkembang di Daerah Lombok Tengah bagian selatan tepatnya pada masyarakat komunitas Pujut
Pujut adalah sebuah nama Kecamatan yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lombok Tengah, berada pada posisi selatan/tenggara dari titik Ibu Kota Lombok Tengah ( Praya ) dengan jarak tempuh sekitar 15 km menuju selatan. berikut ini gambaran dongeng menurut cerita zaman dulu..?
menurut kebiasaan masyarakat dalam melakukan upacara ini dilaksanakan di Pantai Seger Kuta (Pantai selatan) konon cerita bahwa Seorang Raja bertahta disebuah Kerajaan bernama Kerajaan Tunjung Bitu dalam lontar tertulis dengan literatur Jejawen Tonjeng Beru, Sang Raja memiliki seorang Putri cantik jelita, cerdas dan bijak, Putri Raja itu bernama Putri Mandalika kelebihan yang dimiliki Sang Putri tersebar keseluruh kerajaan bahkan sampai di Negeri sebrang, Sang Raja bersudara tujuh orang dan masing-masing memimpin kerajaan, diantara semua Raja-raja yang mengetahui adanya Putri yang sangat cantik di Kerajaan Tunjung Biru, akhirnya mereka memerintahkan Putra Mahkota masing-masing untuk meminang Putri Mandalika
Saking arif dan buijaknya Sang Putri, semua Putra Mahkota yang datang melamarnya disanggupi, diluar kesadaran Sang Putri, bahwa sikapnya itu sikap yang kurang baik dan akan menjadi riskan bagi dirinya, sebagai seorang Putri Raja, Putri Mandalika memiliki prangai pendiam, sulit untuk mengutarakan permaslahan yang sedang dihadapinya, akhirnya semua tunangannya itu disanggupi pada tanggal dua puluh bulan sepuluh penanggalan Sasak, dimana pada waktu yang ditentukan Sang Putri tersebut adalah bulan-bulannya musim penghujan.
Tiba saatnya janji Sang Putri tersebut, maka semua Putra Mahkota datang bersama pasukan pengawalnya dengan membawa harta lamaran masing-masing, tidak dapat dielakkan lagi pertempuran terjadi disepanjang jalan menuju Tonjeng Beru sebagai akibat dari janji kolektif yang diucapkan sang putri kepada semua calon suaminya, Sang Putri mendengar berita tentang terjadinya pertempuran dalam perjalanan, Sang Putri semakin panik bahkan gusar sekali, akan tetapi walau demikian yang dipikirkan Sang Putri tidak akan mencetuskan perasaannya hatta kepada dayangnya sekalipun apalagi akan minta pendapat dari Sang Raja (ayahandanya).
Adalah hal yang sangat tidak disangka keputusan yang diambil dalam rangka mempertahankan konsistensinya, Sang Putri menceburkan dirinya kelaut yaitu tepatnya di pantai Segter, ketika SangPutri menceburkan dirinya ke laut itu, Putri Mandalika berpesan kepada segenap yang hadir dengan ucapan :
Wahai Kakanda-kakandaku yang sangat aku cintai dan kasihi, serta seluruh kalewarga Kerajaan Tonjeng Beru / Tunjung Biru aku ini telah melakukan kesalahan ( Nyalaq) karena semua kakanda-kakandaku adalah Satria yang gagah berani dan sakti mandraguna, disamping itu aku sangat mengasihi kalian sebagai kalawarga Tunjung Biru, jika aku diboyong oleh salah seorang kesatria yang ada ini, jelas akan timbul pertumpahan darah dan aku tidak akan bersama lagi dengan kalian, hal ini yang tidak dapat aku lakukan dan tidak akan pernah ada dihati dan pikiranku, sebagai seorang putri Raja yang konsekwen (Tindih) tidak akan pernah mengingkari janjinya, maka untuk memnuhi janji yang pernah aku ucapkan, maka aku akan menceburkan diri dilaut selatan ini, kelak pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak, aku akan muncul dengan wujud lain agar semua orang tidak ada kecuali akan menikmati dan merasakan kehangatanku
Begitu ucapan Sang Putri berakhir, pada saat itulah Sang Putri menceburkan dirinya kelaut, sebagai mana fatwa Sang Putri, hingga saat ini oleh masyarakat komunitas Pujut khususnya setiap tahun selalu merayakan pesta Bau Nyale sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, oleh karena event ini tetap diselenggarakan oleh masyarakat bahkan juga dari luar Daerah juga ikut partisipasi, maka Pemda Kab. Lombok Tengah memperhatikan ini sebagai asset budaya yang setiap penyelenggaraannya telah menjadi koor event kegiatan budaya nasional.

Sumber: http://apm-praya.blogspot.com/2013/04/ragam-budaya-lombok.html