Sejarah Fotografi - dari Kamera Obscura hingga Fotografi Digital
Perkembangan dunia fotografi memang tidak terlepas dari
sejarahnya yang teramat panjang, dimulai dari masa sebelum Masehi hingga
ke masa sekarang ini. Kini, fotografi telah menjadi suatu bidang yang
amat populer dan dapat dipahami serta dipraktekkan dengan mudah oleh
setiap orang. Keadaan seperti ini tidak mungkin tercapai tanpa adanya
penemuan atau inovasi yang dilakukan oleh para tokoh. Berikut ini
merupakan pemaparan perkembangan fotografi dari mulai penemuan konsep
kamera yang paling sederhana hingga ke era fotografi digital.
1. CAMERA OBSCURA
Camera Obscura
(selanjutnya ditulis kamera obscura), berasal dari kata dalam bahasa
latin yang artinya ‘kamar gelap’. Disebut demikian karena pada awalnya
kamera obscura memang sebuah ruangan gelap yang memiliki sebuah lensa
cembung/lubang kecil di salah satu bagian sisinya. Melalui lensa
cembung/lubang kecil inilah, cahaya dari luar akan masuk dan
memproyeksikan citra dari obyek/keadaan di luar, ke atas sebuah media.
Sebuah
kamera obscura berbentuk ruangan, di University of North Carolina at
Chapel Hill. Area yang diberi lingkaran berwarna kuning adalah lubang
kecil tempat masuknya cahaya.
Sejarah awal dari konsep pemroyeksian/pemantulan cahaya bisa ditelusuri ke tahun 336 SM. Saat itu
Aristoteles
(384 – 322 SM) melihat bentuk sabit yang tercipta akibat dari peristiwa
gerhana matahari sebagian. Bentuk sabit itu terproyeksikan ke atas
permukaan tanah, melalui lubang-lubang kecil dari sebuah ayakan.
Aristoteles kemudian membuat lubang kecil pada sebuah lempengan logam.
Dan ternyata, lubang kecil pada lempengan logam tersebut memang
bermanfaat sebagai jalan masuknya cahaya yang memproyeksikan citra dari
luar, ke atas sebuah bidang. Peristiwa inilah yang melahirkan apa yang
disebut dengan ‘prinsip optik’, suatu prinsip yang sangat bermanfaat
dalam pengembangan teknologi fotografi (kamera) hingga sekarang.
Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh seorang ilmuwan Mesir bernama
Abu Ali Al-Hasan Ibn Al-Haitham (965 – 1039 M), atau yang lebih dikenal dengan sebutan
‘Al-Hazen’.
Al-Hazen adalah orang pertama yang menerapkan prinsip optik pada suatu
ruangan gelap. Ruangan gelap inilah yang kemudian disebut sebagai kamera
obscura.
Pada abad ke-15, seorang pelukis dan penemu terkenal,
Leonardo Da Vinci
(1452 – 1519 M), memanfaatkan kamera obscura untuk membantunya membuat
lukisan. Ia mengatur sedemikian rupa agar proyeksi cahaya dari luar
ruangan bisa jatuh tepat ke atas media lukisnya. Dengan cara itu, ia
dapat menyalin citra yang terproyeksi, menjadi sebuah lukisan. Selain
itu, Leonardo Da Vinci juga membuat rancangan kamera obscura berbentuk
praktis yang bisa dibawa kemana-mana. Akan tetapi rancangan itu tidak
sempat ia realisasikan.
2. PINHOLE CAMERA/KAMERA LUBANG JARUM
Kamera
lubang jarum menggunakan konsep yang sama dengan kamera obscura, yaitu
memproyeksikan citra dari obyek di luar, melalui sebuah lubang yang
sangat kecil. Hanya saja, kamera lubang jarum tidak sebesar ruangan
seperti halnya kamera obscura.
Contoh foto yang dihasilkan oleh sebuah kamera lubang jarum.
Untuk memproduksi citra yang akan tercetak di atas media (kertas khusus/lempengan logam), kamera lubang jarum membutuhkan waktu
exposure(penangkapan
cahaya) yang lama, bahkan sangat lama bila dibandingkan dengan kamera
biasa, bisa beberapa menit, hingga berjam-jam.
Catatan tertulis tentang kamera lubang jarum, berasal dari China pada abad ke-5 sebelum Masehi. Seorang ilmuwan China bernama
Mo Jing,
menyebutkan tentang teori pembentukan citra melalui sebuah lubang
kecil. Kemudian pada abad ke-10 sampai 16, banyak ilmuwan menjadi penemu
kamera lubang jarum, seperti seorang ilmuwan China bernama
Shen Kuo(1031 – 1095),
Roger Bacon,
Robert Grosseteste, hingga ilmuwan Mesir,
Al-Hazen, yang juga menjadi penemu dari kamera obscura.
3. KAMERA FOTO
Kamera
foto berarti suatu alat yang fungsinya tidak hanya memproyeksikan citra
saja, tetapi juga menggambarkan citra tersebut ke atas sebuah media,
secara permanen. Kamera foto merupakan hasil pengembangan dari fungsi
yang sudah ada pada kamera obscura temuan Al-Hazen. Bila menelusuri
sejarah penemuan kamera foto modern, maka kita akan bertemu dengan 4
orang tokoh dari abad ke-19 yang telah berjasa menunjukkan jalan menuju
dunia fotografi modern.
Orang yang pertama adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis,
Joseph Nicéphore Niépce.
Di tahun 1820an ia melakukan eksperimen dengan kamera obscura. Niépce
menyisipkan sebuah media ke dalam kamera obscura, agar citra yang
terproyeksikan bisa terekam dalam media itu.
View from the Window at Le Gras, foto yang paling pertama kali dibuat.
Media
yang digunakannya adalah sebuah lempengan timah yang diolesi minyak
khusus. Lempengan timah ini disimpan di dalam kamera obscura dan
terpapar selama 8 jam oleh sinar matahari yang cerah. Citra yang
terproyeksi dan terekam pada lempengan timah itulah, yang merupakan foto
tercetak pertama yang berhasil dibuat dalam sejarah umat manusia. Foto
itu diberi judul
“View from the Window at Le Gras”, dibuat pada tahun 1826.
Tahun 1826, Joseph Nicéphore Niépce berkolaborasi dengan seorang seniman dan ahli kimia Perancis bernama
Louis JM Daguerre.
Niépce meninggal dunia pada tahun 1833. Tapi setelah itu Daguerre terus
menyempurnakan eksperimen Niépce. Ia menemukan cara agar gambar yang
dihasilkan bisa terekam dengan lebih baik.
Boulevard du Temple (1838/1839), foto pertama yang menampilkan citra manusia. Dibuat oleh Louis JM Daguerre.
Daguerre
kemudian menggunakan media berupa lempengan berlapis perak. Sebelum
lempengan itu dipapari cahaya, pertama-tama ia mengasapinya dengan uap
dari zat yodium, agar lebih sensitif terhadap paparan cahaya. Setelah
dipapari cahaya selama 10 menit melalui kamera obscura, lempengan
berlapis perak tersebut diangkat dan diasapi lagi oleh uap dari zat
merkuri serta dicelupkan dalam larutan garam. Akhirnya muncullah gambar
yang kualitasnya lebih baik daripada foto yang dihasilkan selama 8 jam
melalui eksperimen Niépce. Gambar yang diambil Daguerre ini dibuat pada
sekitar akhir tahun 1838 atau awal tahun 1839. Diberi judul
“Boulevard du Temple” dan merupakan foto pertama yang menampilkan citra manusia di dalamnya.
Proses dan perangkat yang dipergunakan Louis JM Daguerre untuk membuat foto, kemudian dipatenkan dan diberi nama
‘Daguerreotype’.
Daguerreotype
menjadi populer dan sering dipergunakan untuk mengambil gambar dari
tokoh-tokoh terkenal. Sehingga alat ini bisa disebut sebagai kamera foto
pertama yang digunakan di masyarakat.
Percobaan berhasil yang
dilakukan oleh Daguerre, sudah mulai memperkenalkan konsep film negatif
yang bisa diubah menjadi positif dengan cara-cara tertentu. Sebenarnya,
pada periode yang sama, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris bernama
William Henry Fox Talbot
juga telah melakukan eksperimen yang mirip dengan eksperimen Daguerre.
Barulah setelah Daguerre mematenkan proses temuannya, Talbot juga
berusaha mempublikasikan hasil eksperimennya. Talbot lebih memfokuskan
penelitiannya pada media penyerap cahaya atau kertas foto. Ia
menciptakan media yang merupakan kertas yang telah dilapisi oleh
bermacam-macam zat kimia. Kemudian ia memaparkan cahaya matahari ke atas
kertas itu, dengan sebuah obyek di depannya. Jadilah citra obyek
tersebut tercetak pada kertas. Proses ini dinamainya
‘Calotype’, yang berarti ‘penggambaran indah’, dalam bahasa Yunani.
Kodak No. 2 Brownie Box Camera (1910)
Perkembangan selanjutnya dari kamera foto terjadi bersamaan dengan ditemukannya teknologi
rollfilm. Tahun 1888, seorang berkebangsaan Amerika Serikat bernama
George Eastman,
memperkenalkan kamera yang dijual dengan harga terjangkau dan bernama
“Kodak”. Kamera Kodak yang pertama ini sudah terisi dengan sebuah
rollfilm hitam putih yang mampu untuk merekam 100 foto.
Perusahaan Kodak milik George Eastman ini mempunyai slogan
“You press the button, we do the rest”
(Anda yang menekan tombolnya, kami yang mengurus selanjutnya), karena
untuk memproses dan mencetak hasil fotonya, konsumen perlu mengembalikan
kamera mereka ke pabrik.
Jadi itulah sejarah awal dari kamera
foto. Dimulai dengan eksperimen Joseph Nicéphore Niépce yang
mengembangkan kamera obscura agar bisa merekam gambar, dilanjutkan oleh
Louis JM Daguerre dengan daguerreotypenya yang menyempurnakan hasil
eksperimen Niépce, kemudian William Henry Fox Talbot yang mempunyai
konsep serupa dengan Daguerre, dan terakhir George Eastman, yang
memproduksi kamera ‘Kodak’nya yang murah serta mudah digunakan, dan
akhirnya membuat fotografi menjadi semakin memasyarakat.
4. FILM
Film atau
rollfilm
adalah media yang menyimpan gambar negatif dari sebuah foto. Gambar
negatif ini kemudian diproses dengan cara-cara tertentu agar gambarnya
bisa tercetak pada media lain (kertas), dan jadilah sebuah foto.
Perkembangan awal dari
film
adalah lempengan timah/logam yang dipergunakan oleh Niépce, Daguerre,
dan Talbot untuk merekam gambar yang dihasilkan dari alat mereka
masing-masing. Akan tetapi lempengan yang telah dilapisi oleh berbagai
macam zat kimia itu, tidaklah bisa disebut sebagai film karena gambar
yang dibuat, tercetak pada lempengan itu juga. Sedangkan definisi
film adalah media yang menyimpan gambar negatif, untuk kemudian diproses agar bisa tercetak pada media lain.
Adapun
film seperti yang kita kenal sekarang ini, ditemukan oleh George Eastman, pendiri dari perusahaan Kodak, pada tahun 1884.
Film
jenis pertama ini berupa kertas yang diolesi dengan jel khusus yang
kering. Baru pada tahun 1889, Eastman berinovasi dengan membuat
film berbahan plastik transparan.
Film ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar, yaitu plastik khusus yang dicampur dengan nitrat dan kapur barus.
'Film' yang umum digunakan.
Pengembangan pun terus dilakukan,
film
yang lebih modern dan biasa kita gunakan terdiri 3 hingga 20 lapisan,
dan merupakan campuran dari berbagai bahan kimia. Adapun unsur-unsur
yang terdapat pada
film itu akan menentukan sensitifitas, kontras, resolusi dan efek-efek lain pada foto yang dibuat.
Menjelang akhir abad 20, muncul
‘film’ jenis baru.
Film baru itu adalah
film
elektronik (media penyimpanan data) yang digunakan pada kamera digital.
Karena lebih murah dan bisa digunakan berulang-ulang, kini orang lebih
memilih untuk memanfaatkan fotografi digital dan
film elektronik tadi. Hasilnya pun bisa menyamai bahkan melebihi kualitas dari foto yang dihasilkan film konvensional.
5. KERTAS FOTO
Berbicara
tentang kertas foto berarti kita berbicara tentang media di mana sebuah
gambar tercetak dan akhirnya disebut sebagai sebuah foto. Definisi yang
lebih tepat, kertas foto adalah sebuah kertas yang peka akan cahaya,
sehingga bisa dibubuhi gambar hasil fotografi di atasnya. Akan tetapi,
pada era fotografi digital ini, pengertian dari kertas foto menjadi
bergeser. Kini, kertas foto diartikan sebagai kertas apapun yang bisa
dimanfaatkan untuk mencetak foto dengan kualitas baik (tentunya dengan
bantuan
printer atau alat cetak lain). Jadi, apakah itu kertas
glossy,
doff
ataupun jenis kertas lainnya, asalkan kertas itu bisa digunakan untuk
mencetak foto dengan baik, maka bisa disebut sebagai kertas foto.
Pada
awalknya, kertas foto adalah kertas khusus yang dilapisi beberapa zat
kimia agar kertas itu bisa digunakan untuk mencetak foto yang berasal
dari film negatif.
Bila kita menelusuri sejarah awal ditemukannya
media untuk mencetak foto ini, maka kita akan bertemu kembali dengan
Joseph Nicéphore Niépce yang berhasil membuat foto pertama pada tahun
1926. Saat itu ia melapisi sebuah lempengan timah dengan beberapa zat
kimia, agar bisa merekam gambar yang terproyeksi dari kamera obscuranya.
Konsep
yang dipakai Niépce untuk membuat sebuah lempengan logam menjadi peka
cahaya ini, kemudian terus dikembangkan hingga pada tahun 1880an, George
Eastman berhasil menggunakan kerta khusus untuk mencetak foto dari film
negatif.
6. FOTOGRAFI DIGITAL
Fotografi digital merupakan
salah satu inovasi terbaik dalam dunia fotografi. Kehadirannya telah
mengubah paradigma masyarakat yang menganggap bahwa fotografi adalah
suatu bidang yang mahal dan sulit untuk dikuasai. Fotografi digital
benar-benar bisa memberikan kepraktisan dan kemudahan bagi setiap orang
untuk membuat sebuah foto yang bagus. Dengan perkembangan teknologi yang
pesat, dan beragam fitur untuk membuat foto yang baik, muncul sebuah
ungkapan bahwa “setiap orang bisa menjadi fotografer profesional”.
Bila
ditelusuri dari sejarahnya, maka kita akan kembali ke tahun 1960an. Di
mana dunia sedang mengalami revolusi besar-besaran di bidang teknologi.
Eugene F. Lally,
seorang teknisi dari Jet Propulsion Laboratory adalah orang pertama
yang mencetuskan ide untuk mendigitalisasi sebuah foto. Saat itu
tujuannya adalah untuk mempermudah pengiriman foto secara langsung dari
misi-misi luar angkasa Amerika Serikat.
Pada tahun 1970an, dunia
jurnalistik turut mempengaruhi kemunculan kamera digital. Saat itu,
terdapat sebuah tuntutan untuk menghadirkan foto dari suatu peristiwa
yang terjadi, secepat mungkin. Maka digunakanlah media pemindai foto (
scanner).
Sebuah foto dipindai menjadi data elektronik, kemudian dikirimkan
melalui jalur telepon. Akan tetapi, cara ini juga masih dianggap
merepotkan, karena terjadi penurunan kualitas gambar yang cukup
signifikan dan proses pengiriman foto pun masih memerlukan waktu yang
relatif lama.
Kamera Digital Model Pertama
Untuk
menjawab persoalan ini, diperlukan suatu kamera yang bisa secara
langsung menciptakan foto yang berupa data elektronik. barulah pada
bulan Desember tahun 1975, seorang teknisi dari perusahaan Kodak yang
bernama
Steven Sasson, menjadi orang pertama yang menemukan Kamera Digital.
Kamera yang dibuatnya, menggunakan sensor
CCDsebagai
media penerimaan gambar dan hanya mampu menghasilkan foto hitam putih
dengan resolusi sebesar 0,01 megapixel (320 x 240 pixel). Media
penyimpanannya adalah sebuah kaset
tape, sedangkan untuk
melihat hasil gambar, kamera ini harus disambungkan terlebih dahulu
dengan sebuah televisi. Kamera ini mempunyai bobot seberat 3,6 kg dan
membutuhkan waktu tak kurang dari 23 detik untuk memproses satu buah
foto.
Walaupun kamera digital model pertama ini masih belum
praktis dan belum sepenuhnya menjawab persoalan-persoalan yang terjadi,
tapi alat ini telah menjadi awal mula dari kemudahan dan kepraktisan
teknologi fotografi digital yang kita nikmati sekarang ini. Setelah
penemuan dari kamera digital model pertama, kamera-kamera digital
selanjutnya terus bermunculan dengan perbaikan-perbaikan dari model
sebelumnya, dengan berbagai fitur serta kemampuan yang baru.